Oleh : Meili Amalia (Founder Group MyHalalKitchen)
Beberapa bulan lalu saya sempat membeli sebuah buku yang berjudul "Pembuatan Aneka Kerupuk". Maksudnya sih, biar bisa bikin kerupuk sendiri yang lebih sehat. Bebas MSG dan pewarna. Maklum, kerupuk merupakan salah satu teman makan nasi favorit di rumah. Baru tadi saya buka buku tipis tersebut untuk melihat-lihat adakah resep kerupuk gendar di situ, karena anak-anak senang sekali saat diberi oleh-oleh gendar dari teman saya beberapa waktu lalu.
Waktu saya cari, tidak ada yang namanya gendar di buku tersebut, adanya "Kerupuk Puli", waktu saya baca bahan-bahannya, ternyata terbuat dari beras. Jadi saya mengasumsikan bahwa sepertinya Puli ini adalah = Gendar. Karena setahu saya gendar adalah kerupuk yang dibuat dari beras yang ditumbuk. Dan tahukah apa yang saya temukan dalam resep tersebut ? Baiklah akan saya salin resepnya di sini :
1kg beras
0,25 ons Bawang putih
0,25 ons Gula pasir
0,4 ons Garam
60 g bleng (?)
Bumbu penyedap secukupnya
Jadi kecurigaan saya terjawab sudah karena setiap habis makan gendar akan terasa sesuatu yang aneh di lidah, seperti rasa obat. Berarti itu adalah rasa bleng. Hati-hati juga, bleng ini pun menurut ibu saya, secara tradisional sering dipakai dalam ketupat ataupun lontong/buras. Adapun tujuannya adalah agar si lontong terasa lebih kenyal. Padahal bleng ini sejatinya adalah bahan untuk mengelas besi kalau tidak salah.
Jadi hati2 juga kalau beli lontong "jadi" yang ada di pasar, biasanya dijual bareng tahu, dll. Ada beberapa yang saya coba berasa "obat"nya. Juga saat makan sate/ gado2 lontong. Padahal hampir semua penjual sate/ gado2, menggunakan lontong "jadi" yang ada di pasar. Jadi kembali lagi, mari kita kembali ke dapur untuk membuat sendiri panganan sehat untuk orang-orang tercinta !
Catatan :
ini dari wikipedia : Bleng adalah bentuk tidak murni dari boraks, sementara asam borat murni buatan industri farmasi lebih dikenal dengan nama boraks.[1] Dalam dunia industri, boraks menjadi bahan solder, bahan pembersih, pengawet kayu, antiseptik kayu, dan pengontrol kecoak.
Dalam bentuk tidak murni, sebenarnya boraks sudah diproduksi sejak tahun 1700 di Indonesia, dalam bentuk air bleng. Bleng biasanya dihasilkan dari ladang garam atau kawah lumpur (seperti di Bledug Kuwu, Jawa Tengah).
Pemerintah telah memperbolehkan penggunaan boraks sebagai bahan makanan, namun dibatasi sejak 5 Juli 1959, batasnya hanya 1 gram per 1 kilogram pangan, bila lebih, itu ilegal." Bahayanya: Boraks maupun bleng tidak aman untuk dikonsumsi sebagai makanan dalam dosis berlebihan, tetapi ironisnya penggunaan boraks sebagai komponen dalam makanan sudah meluas di Indonesia. Mengkonsumsi makanan yang mengandung boraks memang tidak serta berakibat buruk terhadap kesehatan tetapi boraks akan menumpuk sedikit demi sedikit karena diserap dalam tubuh konsumen secara kumulatif. Seringnya mengonsumsi makanan berboraks akan menyebabkan gangguan otak, hati, dan ginjal. Dalam jumlah banyak, boraks menyebabkan demam, anuria (tidak terbentuknya urin), koma, merangsang sistem saraf pusat, menimbulkan depresi, apatis, sianosis, tekanan darah turun, kerusakan ginjal, pingsan, hingga kematian. Batas aman/legal penggunaan boraks dalam makanan adalah 1 gram / 1 kg pangan."
Karena penggunaan bleng/boraks adalah sebagai pengenyal, bahan pengganti dapat dicari untuk fungsi yang sama.. yaitu Air Merang yang telah di endapkan terlebih dahulu (batang pohon Padi) dan STPP (Sodium Tri-polyphosphate) dengan konsentrasi sama diketahui tidak memengaruhi tanggapan organoleptik (kesan fisik dan rasa) dari kerupuk beras.
Beberapa bulan lalu saya sempat membeli sebuah buku yang berjudul "Pembuatan Aneka Kerupuk". Maksudnya sih, biar bisa bikin kerupuk sendiri yang lebih sehat. Bebas MSG dan pewarna. Maklum, kerupuk merupakan salah satu teman makan nasi favorit di rumah. Baru tadi saya buka buku tipis tersebut untuk melihat-lihat adakah resep kerupuk gendar di situ, karena anak-anak senang sekali saat diberi oleh-oleh gendar dari teman saya beberapa waktu lalu.
Waktu saya cari, tidak ada yang namanya gendar di buku tersebut, adanya "Kerupuk Puli", waktu saya baca bahan-bahannya, ternyata terbuat dari beras. Jadi saya mengasumsikan bahwa sepertinya Puli ini adalah = Gendar. Karena setahu saya gendar adalah kerupuk yang dibuat dari beras yang ditumbuk. Dan tahukah apa yang saya temukan dalam resep tersebut ? Baiklah akan saya salin resepnya di sini :
1kg beras
0,25 ons Bawang putih
0,25 ons Gula pasir
0,4 ons Garam
60 g bleng (?)
Bumbu penyedap secukupnya
Jadi kecurigaan saya terjawab sudah karena setiap habis makan gendar akan terasa sesuatu yang aneh di lidah, seperti rasa obat. Berarti itu adalah rasa bleng. Hati-hati juga, bleng ini pun menurut ibu saya, secara tradisional sering dipakai dalam ketupat ataupun lontong/buras. Adapun tujuannya adalah agar si lontong terasa lebih kenyal. Padahal bleng ini sejatinya adalah bahan untuk mengelas besi kalau tidak salah.
Jadi hati2 juga kalau beli lontong "jadi" yang ada di pasar, biasanya dijual bareng tahu, dll. Ada beberapa yang saya coba berasa "obat"nya. Juga saat makan sate/ gado2 lontong. Padahal hampir semua penjual sate/ gado2, menggunakan lontong "jadi" yang ada di pasar. Jadi kembali lagi, mari kita kembali ke dapur untuk membuat sendiri panganan sehat untuk orang-orang tercinta !
Catatan :
ini dari wikipedia : Bleng adalah bentuk tidak murni dari boraks, sementara asam borat murni buatan industri farmasi lebih dikenal dengan nama boraks.[1] Dalam dunia industri, boraks menjadi bahan solder, bahan pembersih, pengawet kayu, antiseptik kayu, dan pengontrol kecoak.
Dalam bentuk tidak murni, sebenarnya boraks sudah diproduksi sejak tahun 1700 di Indonesia, dalam bentuk air bleng. Bleng biasanya dihasilkan dari ladang garam atau kawah lumpur (seperti di Bledug Kuwu, Jawa Tengah).
Pemerintah telah memperbolehkan penggunaan boraks sebagai bahan makanan, namun dibatasi sejak 5 Juli 1959, batasnya hanya 1 gram per 1 kilogram pangan, bila lebih, itu ilegal." Bahayanya: Boraks maupun bleng tidak aman untuk dikonsumsi sebagai makanan dalam dosis berlebihan, tetapi ironisnya penggunaan boraks sebagai komponen dalam makanan sudah meluas di Indonesia. Mengkonsumsi makanan yang mengandung boraks memang tidak serta berakibat buruk terhadap kesehatan tetapi boraks akan menumpuk sedikit demi sedikit karena diserap dalam tubuh konsumen secara kumulatif. Seringnya mengonsumsi makanan berboraks akan menyebabkan gangguan otak, hati, dan ginjal. Dalam jumlah banyak, boraks menyebabkan demam, anuria (tidak terbentuknya urin), koma, merangsang sistem saraf pusat, menimbulkan depresi, apatis, sianosis, tekanan darah turun, kerusakan ginjal, pingsan, hingga kematian. Batas aman/legal penggunaan boraks dalam makanan adalah 1 gram / 1 kg pangan."
Karena penggunaan bleng/boraks adalah sebagai pengenyal, bahan pengganti dapat dicari untuk fungsi yang sama.. yaitu Air Merang yang telah di endapkan terlebih dahulu (batang pohon Padi) dan STPP (Sodium Tri-polyphosphate) dengan konsentrasi sama diketahui tidak memengaruhi tanggapan organoleptik (kesan fisik dan rasa) dari kerupuk beras.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar